Dalam membuat permodelan SEM perlu dilakukan langkah-langkah berikut
ini:
1.
Pengembangan model teoritis
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam
mengembangkan model SEM adalah mengembangkan sebuah model penelitian dengan
dukungan teori yang kuat melalui berbagai telaah pustaka dari sumber-sumber
ilmiah yang berhubungan dengan model yang dikembangkan. Tanpa dasar teoritis
yang kuat, SEM tidak bisa digunakan. SEM tidak digunakan untuk mempengaruhi
sebuah teori kausalitas yang sudah ada teorinya, karena dengan pengembangan
sebuah teori yang berjustifikasi ilmiah merupakan syarat utama dalam
menggunakan model SEM
2.
Pengembangan diagram alur (path
diagram) untuk menunjukkan hubungan kausalitas (sebab akibat). Model
penelitian yang telah dibangun pada tahap pertama akan digambarkan pada sebuah path
diagram yang akan mempermudah untuk melihat hubungan-hubungan kausalitas
yang akan diuji. Dalam path diagram hubungan antar konstruk akan
dinyatakan melalui anak panah. Anak panah yang lurus menunjukkan sebuah
hubungan kausal yang langsung antar satu konstruk dengan konstruk yang lainnya.
Sedangkan garis lengkung antar konstruk dengan anak panah pada setiap ujungnya
menunjukkan korelasi. Konstruk-konstruk dalam path diagram dapat dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu:
·
Konstruk Eksogen (exogenous
construct), dikenal dengan source variable atau independent
variable yang tidak diprediksi oleh variabel-variabel yang lain yang
terdapat dalam model. Konstruk eksogen adalah konstruk yang dituju oleh garis
dengan satu ujung anak panah.
·
Konstruk Endogen (endogenous
construct) yang merupakan faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau
beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat memprediksi satu atau beberapa
kosntruk endogen lainnya, tetapi konstruk endogen hanya dapat berhubungan
kausal dengan konstruk endogen.
4.
Pemilihan matrik input dan teknik
estimasi
SEM menggunakan input data yang hanya
menggunakan matriks/kovarian atau matrik korelasi untuk keseluruhan estimasi
yang dilakukan. Matrik kovarian digunakan karena memiliki keunggulan dalam
menyajikan perbandingan yang valid antara populasi yang berbeda atau sampel
yang berbeda dan tidak dapat disajikan oleh korelasi. (Hair et al., dalam
Ferdinand 2006) menganjurkan bahwa
jumlah sampel yang sesuai adalah berkisar antara 100 sampai dengan 200
responden, sedangkan ukuran sampel minimum adalah sebanyak 5 responden per estimasi
parameter.
5.
Menilai problem identifikasi
Problem identifikasi pada dasarnya merupakan
problem mengenai ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan
estimasi yang unit. Salah satu solusi untuk problem identifikasi ini adalah
dengan memberikan lebih banyak konstrain pada model yang dianalisis dan ini
berarti mengeliminasi jumlah estimated coefficient. Oleh karena itu
sangat disarankan bila setiap kali estimasi dilakukan muncul problem
identifikasi, maka sebaiknya model dipertimbangkan ulang antara lain dengan
mengembangkan lebih banyak model konstruk.
6.
Evaluasi kriteria goodness
of fit
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap
berbagai kriteria goodness of fit, setelah dipastikan bahwa data yang
digunakan sudah memenuhi asumsi-asumsi SEM.
Setelah melakukan uji kesesuaian dan uji
statistic, beberapa indeks kesesuaian dan cut-off value yang umumnya
digunakan untuk menguji apakah sebuah model akan diterima atau ditolak, yaitu
(Wijanto, 2008):
a.
Statistic Chi-Square (χ2)
Mengikuti uji statistic yang berkaitan
dengan persyaratan signifikan. Semakin kecil semakin baik.
b.
Root Mean Square Error of
Approximation
Rata-rata perbedaan per degree yang
diharapkan terjadi dalam populasi dan bukan dalam sampel. RMSEA ≤0.08 adalah
good fit, sedang RMSEA < 0.05 adalah close fit.
c.
Goodness-of-Fit Index (GFI)
Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai
lebih tinggi adalah lebih baik. GFI ≥ 0.90 adalah good fit, sedang 0.80
≤ GFI < 0.90 adalah marginal fit.
d.
Adjusted Goodness of Fit Index
(AGFI)
Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai
lebih tinggi adalah lebih baik. AGFI ≥ 0.90 adalah good fit, sedang 0.80
≤ AGFI < 0.90 adalah marginal fit.
e.
Tucker-Lewis Index atau
Non-Normed Fit Index (TLI atau NNFI)
Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai
lebih tinggi adalah lebih baik. TLI ≥ 0.90 adalah good fit, sedang 0.80
≤TLI < 0.90 adalah marginal fit.
f.
Comparative Fit Index (CFI)
Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai
lebih tinggi adalah lebih baik. CFI ≥ 0.90 adalah good fit, sedang 0.80
≤ CFI < 0.90 adalah marginal fit.
7.
Interpretasi model
Langkah terkahir adalah menginterpretasikan
model solusi standard, yaitu melihat besarnya pengaruh atau kontribusi variabel
indikator terhadap variabel laten dan besarnya pengaruh antar variabel laten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar